PENGALAMAN STIS: SUKA DUKA SELAMA BERKULIAH DI STIS

Saya mahasiswa semester 6 Politeknik Statistika STIS. Sejak SMP saya memang menggemari mata pelajaran eksak, terutama matematika, tetapi saya tidak pernah membayangkan untuk mengambil jurusan statistika hehe. Banyak suka duka yang saya rasakan selama hampir 3 tahun berkuliah disini. Lebih baik saya mulai dengan dukanya dulu saja ya, supaya happy ending hehehe ?

Hidup di Lingkungan Ambisius
Saya tergolong mahasiswa yang biasa saja, tidak terlalu pintar dan tidak rajin. Untuk mahasiswa seperti saya yang hidupnya tergolong sangat santai, lingkungan ini bisa membuat saya tertekan. Contohnya sehabis uts atau uas, soal yang baru dikerjakan boleh dibawa pulang. Ketika pengawas sudah keluar ruangan, langsunglah berkumpul para mahasiswa untuk membahas soal yang baru dikerjakan tadi.
ambitious

Hidup di Lingkungan Orang-orang Pintar
Baik teman sekelas, sehimada, kakak tingkat merupakan putra-putri terbaik dari daerahnya. Ketika IP semesteran keluar, saya sudah merasa bangga mendapat nilai 3,4 an tapi ketika dibandingkan dengan teman-teman saya, nilai saya tidak apa-apanya. Padahal mendapat 3,4 an sudah sulit bagi saya :”)

Merendah Untuk Meroket
Ketika ada kuis, uts, uas jangan langsung percaya ketika ada teman yang bilang, “Ih aku belum belajar” dengan nada panik. Jangan percaya kalau kamu belum pasti mengenal orangnya. Karena definisi “belum belajar” kebanyakan mahasiswa disini yaitu sudah nyicil belajar dari 2 minggu sebelumnya, sudah fotocopy modul dari kating, sudah baca soal ujian tahun lalu dll. Ada juga cerita lain, teman saya menangis ketika sesudah uts karena menurut dia soal utsnya susah dan dia tidak bisa mengerjakan, tetapi nilai dia lebih tinggi dari saya padahal saya tidak menangis.

Ancaman DO
Di Polstat STIS memberlakukan sistem DO untuk mahasiswa tingkat 1 yang evaluasinya setiap semester. Menurut saya, semester terberat selama di Polstat STIS yaitu saat semester 1. Karena belum adaptasi dengan lingkungan, homesick yang melanda, belum tahu standar orang yang DO itu seperti apa. Dulu ketika saya semester 1, hampir tiap hari saya menangis di kosan, merasa tidak sanggup untuk kuliah disini.

Ekspektasi Dosen yang Tinggi
Ada beberapa dosen yang menganggap kita adalah mahasiswa yang rajin dan pintar, sekali belajar langsung paham. Jadi dosen banyak yang bilang, “pasti udah bisa kan ya? “, “masa belum tahu? ” dll.

Teman-teman Dari Seluruh Indonesia
Bagi saya yang mayoritas keluarga besar yang tinggal di tanah pasundan tentu saja hanya hidup di lingkungan suku sunda. Ketika saya kuliah disini, saya punya banyak teman dari berbagai daerah, saya jadi bisa lebih tau kultur, adat, budaya daerah lain bagaimana dari teman saya langsung. Selain itu, ketika habis liburan panjang biasanya suka berbagi oleh-oleh khas daerahnya masing-masing.

Meskipun Ambisius, Tapi Tidak Individualis
Banyak teman saya yang pintar tapi tidak pelit ilmu, biasanya menjelang UTS/UAS kami sering mengadakan KSM atau istilahnya ya belajar bersama.
Belajar mandiri, selama saya kuliah disini saya merantau karena rumah saya dari provinsi sebelah. Karena berkuliah disini saya bisa berkesempatan untuk belajar jauh dari orang tua dan mandiri.

You May Also Like