BAGAIMANA RASANYA BERKULIAH di PKN STAN? KULIAH RASA SMA

PKN STAN merupakan salah satu sekolah kedinasan yang memiliki banyak peminat, namun bagaimana rasanya berkuliah di PKN STAN? ini merupakan pengalaman saudara Sasmito Yudha Husada alumni PKN STAN D-III Kebendaharaan Negara 2013.

KULIAH RASA SMA
1280px Flag Ceremony at SMA 1 Majene
Saya lulus SMA di tahun 2010. Saya lulus kuliah D3 Kebendaharaan Negara di tahun 2013. Hanya tiga tahun saja kuliah. Hal ini disebabkan memang karena segalanya sudah dipaket. Pengalaman kuliahnya persis serupa belajar di SMA. Kami datang ke kampus berseragam. Kami terdiri dari kelas-kelas yang akan terus bersama terikat nasib selama setiap 1 tahunnya. Jadi saya mengarungi tiga kelas berbeda selama di STAN: 1-E, 2-B, dan 3-E. Mirip SMA kan? Belum lagi suka ada razia-razia kerapihan. Sabuk. Sepatu. Rambut.

Saya pernah sewaktu ujian kena razia. Nametag saya disita. Boleh diambil kembali setelah saya cukur rapi. Padahal sungguh saya tidak merasa tidak rapi. Tidak gondrong sama sekali, cuma ya, agak kepanjangan sedikit. Sedikit. Suwer kesamber duit deh!

Oh ya terkait contek-mencontek. Sekali saja ketahuan mencontek saat ujian maka akan otomatis kena Drop Out. Bagus deh. Biar tersisih secepatnya yang kebiasaan suka nyontek ujian. Sering juga mahasiswa STAN, khususnya yang kuliah jurusan Pajak, dikait-kaitkan dengan Gayus yang tenar waktu itu. Saya sendiri tidak ambil pusing. Jurusannya jauh gak nyambungnya.

EKSTRAKURIKULER
Kegiatan ekstrakurikuler cukup banyak di STAN, biasanya diwadahi dalam UKM-UKM, baik resmi atau tidak resmi. Selain UKM ada juga organda-organda yang merangkul mahasiswa asal daerah masing-masing. Saya sendiri pernah bergabung ke beberapa UKM.

Saya sempat ikut Stan Music Community, di sana saya nekat sok-sokan bisa nyanyi padahal enggak, disuruh ngeband dalam acara khusus untuk semua mahasiswa baru. Kenekatan saya berbuah pada pengalaman pertama saya tampi sebagai vocalist membawakan dua lagu: Waking The Demon dan BYOB. Secara obyektif, saya rasa penampilan saya cukup … … … cukup jelek di dua lagu itu hahaha. Tapi kemudian saya nekat lagi, ikut kompetisi kampus, ngebandnya gabung dengan ketua SMC pula waktu itu, mas Yusuf sebagai Bassist, lagu yang dibawain Pegasus Fantasy versi Animetal. Digeber latihan sampai suara habis, begitu audisi udah enggak ada sisa. Sia-sia latihan kebanyakan. Saya dimarahin dan disindir oleh gitarisnya. Saya juga kecewa. Tapi bersyukur juga dengan pengalaman tersebut. Saya jadi tahu bahwa memang saya tempatnya bukan di situ. Tapi saya tetap suka musik sih. Jadi saya putuskan untuk belajar bermusik … sendirian. Yuk mampir ke bandcamp saya dengerin lagu saya hehehe :p (-Syh-) dan Spotify saya Syh.

Saya pernah juga bergabung dengan Teater Alir. Namun, baru sekali ikut latihan, saya merasa kurang nyaman dengan situasinya. Interaksi mereka terlalu intens. Saya merasa overwhelmed. Keakraban antar anggota mereka juga terasa begitu tinggi. Meski mereka ramah, namun saya merasa sulit membaur, maka memutuskan untuk mundur.

Nah UKM yang paling melekat dengan saya sewaktu kuliah itu adalah UKM Aksara. Kurang lebih isinya manusia-manusia yang suka baca tulis dan mendiskusikannya. Suasananya tidak terlalu intens, tapi juga memberikan ruang yang luas dan memuaskan untuk berekspresi. Saya sulit memelihara pertemanan, namun saya sampai sekarang saya masih ada keinginan untuk berkawan dengan mereka-mereka yang pernah saya kenal di Aksara. Di Aksara itu saya pernah mendesign suatu game dengan konsep Massively Multiplayer Live Action RPG yang berjudul TREASURE HUNT 2012 : The Rise of Count Grishnack THE GAME & THE STORY BEHIND. Mungkin konsepnya terlalu asing dan terlalu rumit. Namun kami berjuang mewujudkannya. Akhirnya toh berhasil selesai dengan stage final berupa pertempuran taktis semacam Tactics Ogre/Final Fantasy Tactics.

PENGALAMAN NYARIS DROP-OUT
Pada semester ke-3 di tingkat 2 saya merasa letih, jenuh, dan mempertimbangkan untuk drop-out saja. Tidak ada semangat belajar. Ujian jelek sekali nilainya. Akuntansi Pemerintah dapat D. Saya menggedor kamar kos teman saya, memaksanya mengajarkan saya Akpem. Saya juga sempat sangat tak peduli dengan pelajaran sehingga betul-betul menulis tugas dengan asal-asalan. Tulisan tangan saya memang pada dasarnya buruk. Ditambah dengan apatisme yang meningkat yah jadilah sehancur itu. Saya dipanggil ke depan kelas oleh dosen. Lalu ia memerintahkan saya untuk menuliskan ‘Saya Sasmito dan tulisan saya bagus’ di papan tulis. Setiap kali saya usai melaksanakan perintahnya, ia bertanya pada teman sekelas, ‘Apa tulisan Sasmito bagus?’ Selain dengan dosen itu, saya juga pernah dipanggil oleh dosen lain ke ruangannya. Saya diminta menulis ulang seluruh jawaban ujian saya karena ia tak sanggup mencerna apa yang saya tulis di sana. Pada masa-masa itu jugalah (tingkat 2 – kelas 2B) saya memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam ‘makrab kelas’, padahal di tingkat 1 (1E) dan di tingkat 3 (3E) saya dengan antusias berpartisipasi. Pada akhirnya Indeks Prestasi saya di semester 3 itu hanya mencapai 2.66, dekat dengan batas Drop Out yang waktu itu 2.45 kalau tidak salah.

PENGALAMAN KELULUSAN DAN NGANGGUR
Untuk lulus dari D3 waktu itu, kami tidak perlu riset rumit-rumit. Konsepnya, kami cuma melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, lalu membuat laporan. Laporannya berisi perbandingan mengenai teori-teori yang dipelajari dengan keadaan fakta lapangan. Nah ini untung-untungan banget. Ada mahasiswa yang kabarnya dapat pembimbing mengerikan. Pembimbing itu meminta kualitas yang bukan pada tempatnya—kami cuma Diploma lho Om! Tapi ada juga yang lancar. Saya termasuk yang dapat pembimbing dan penguji yang lancar. Laporan PKL saya buat sesederhana mungkin. Bahkan saya menargetkan untuk lulus dengan mencapai jumlah halaman minimal. Tapi saya buat laporan itu dalam bahasa inggris. Yah, begitulah, mungkin kalau sekarang iseng baca laporan itu lagi bakalan cringey cringey gimana gitu.

Saat kelulusan, saya tidak berpartisipasi dalam wisuda. Saya tidak suka ritual semacam itu. Terlalu ribet. Terlalu banyak manusia. Saya mengecewakan orang tua saya karena keputusan itu. Jangan ditiru.

Setelah lulus di tahun 2013, angkatan kami menghadapi ketidakpastian. Perjanjian kedinasan yang mengikat kami adalah Kewajiban. Kewajiban untuk patuh bertugas kepada negara di Kementerian Keuangan. Kewajiban. Bukan Hak. Jadi saat menganggur seperti itu ya kami tak bisa menuntut ini-itu. Toh itu kewajiban, bukan hak. Sementara banyak teman-teman seangkatan saya yang memanfaatkan waktu nganggur itu untuk magang, baik di swasta atau di pemda Jakarta, saya memilih di rumah saja, main game; beberapa kali menamatkan Romance of the Three Kingdom XI dan Fallout New Vegas.

INDUKSI – MAGANG – DIKLAT – PENEMPATAN
Di tahun 2014, kami mulai dipanggil. Ada yang namanya TKD. Tes Kompetensi Dasar. Nah lho. Jadi setelah kuliah 3 tahun, kami tetap harus diuji lagi. Makanya jangan merasa aman dulu setelah lulus STAN. Dari hasil ujian itulah yang kemudian menentukan kami penempatan di direktorat mana. Sebenarnya ujian itu tidak terlalu sulit jika saya niat belajar. Namun dengan belajar seadanya, hasilnya ya saya tidak mendapatkan direktorat yang saya mau. Pilihan saya waktu itu:

Badan Kebijakan Fiskal,
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
Namun karena nilai saya tidak cukup —hanya sekadar lulus saja— maka saya mendapatkan tempat Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Jadi sebenarnya cocok dengan jurusan saya kuliah (Kebendaharaan Negara), cuma ya begitulah, kantornya tersebar di seluruh Indonesia. Saya yang anak ingusan itu agak khawatir dengan berbagai hal.

Setelah jelas kami masuk ke direktorat apa, maka induksi dan magang dimulai sesuai program direktorat masing-masing. Selama magang berjalan itu juga diselingi bermacam bentuk diklat-diklat prajabatan. Dari yang sifatnya teori banget dan relatif santai, hingga yang didominasi fisik banget. Kami sempat merasakan dididik oleh Kopassus, guling-guling, lari-lari, muntah-muntah, dan sebagainya. Pengalaman yang cukup menarik untuk dinostalgiakan dengan teman, namun enggan untuk diulang.

Sekarang setelah saya kerja, mengingat begitu panjangnya proses prajabatan itu, saya justru sebal. Mengapa? Karena hal ini memperumit regenerasi. Terlalu panjang. Sehingga jika ada ASN yang kurang kompeten atau bermasalah, jadi semacam terpaksa dibiarkan saja karena terlalu bertele-tele untuk mencari penggantinya.

Diklat-diklat usai. Lalu kami dikumpulkan. Diberikan surat penentuan. Penempatan! Dengar-dengar, salah satu rekan kerja saya sekarang pernah bercerita, bahwa sewaktu pengumuman itu, ia diolok-olok, dimampus-mampusin, “Mampus lo sekantor sama Sasmito! Mampus lo!”

source: https://id.quora.com/Bagaimana-rasanya-berkuliah-di-STAN
Sasmito Yudha Husada: https://id.quora.com/profile/Sasmito-Yudha-Husada/answers

You May Also Like